Sebulan

#030: Refleksi sebulan #NulisTiapHari

Rafza Ray Firdaus
4 min readOct 5, 2024
Photo by Lintang Drestanta on Unsplash

Saya tak menyangka hari ini tiba begitu cepat, sebulan lalu, saya memutuskan untuk kembali menulis dan bertekad untuk konsisten menulis setiap hari. Sungguh naif, saya juga merasa demikian. Saya bertekad untuk membagikan cerita dan pembelajaran yang saya temui, mendokumentasikan keresahan, sambil melatihan kemampuan saya dalam mengemas cerita dan bertutur dan berargumen dalam bentuk tulisan.

Bagi saya, #NulisTiaphari merupakan tantangan yang ambisius dan muluk-muluk. Bukan sebab tulisannya harus berkualitas baik, tetapi menulis setiap hari adalah perkara yang sama sekali tidak sederhana. Saya perlu menyiapkan setidaknya satu jam atau terkadang lebih, membuka laptop, mencari topik apa yang akan diangkat, lalu menuliskannya. Pengalaman menulis tiap hari membawa saya ke arah yang sama sekali saya tidak sangka. Ada beberapa hal yang menjadi pembelajaran dan apa yang aku dapatkan:

Konsistensi = Nol Ekspektasi + Usaha

Salah satu yang menghambat kita memulai sesuatu adalah ekspektasi yang ‘kebesaran’, ingin ini ingin itu. Harus begini, harus begitu. Lalu lupa dengan hal yang paling penting: Memulai dengan langkah sederhana.

Punya ekspektasi tertentu adalah hal lumrah, kita semua punya ekspektasi dan aspirasi, tetapi penting saat baru memulai dengan nol ekspektasi atau setidaknya mendekati nol.

Sambil menekan ekspektasi, kita tetap memerlukan visi dan misi yang jelas. Semacam objektif yang hendak dicapai dari kegiatan yang kita lakukan. Bagi saya, tujuannya sederhana:

  1. Ingin melatih kemampuan bercerita
  2. Ingin melatih kemampuan menulis dan bertutur secara luwes dalam medium tulisan

Langkah yang saya lakukan:

  1. Menulis setiap hari, tidak peduli suasana hati, tidak peduli sesibuk apa pun seharian itu, tulis saja. Bahkan jika itu berarti hanya menulis satu paragraf, asalkan hari itu ada topik yang saya kira menarik, tentu saya akan tuliskan.
  2. Membaca buku soal teknik penulisan, mengonsumsi konten bahasa Indonesia. Selain konsistensi, kita perlu menambah kapasitas dan kemampuan dengan belajar.
  3. Memaksakan diri untuk mengonsumsi bacaan dan konten yang bermanfaat. Sumber yang bermutu tentunya adalah bacaan yang bermutu pula. Jadi, sangat aneh jika saya tidak memaksakan diri membaca, bukan?

Umpan Balik dan Evaluasi

Saya menyadari perfeksionisme yang selama ini saya anggap baik dan keren adalah biang keladi dari urungnya saya mulai belajar menulis dan membagikannya kepada pembaca. Saya takut diberikan umpan balik yang kurang menenakkan hati, dicap bodoh dan tidak becus.

Dengan menanggalkan perfeksionisme, membuka diri pada ketidaksempurnaan, dan menerima diri dengan segala kekurangannya, saya merasa terbebas dan tak ambil pusing. Kalau toh tulisan saya jelek, maka demikianlah adanya. Saya hanya perlu memperbaikinya, dan sepatutnya berterima kasih karena diberikan masukan dan kritik, sekeras dan setidak betul pun kritik tersebut menurut kita.

Arsip Hidup dan Pemikiran

Salah satu hal yang saya sukai dari konsisten menulis setiap hari adalah terbukanya kemungkinan untuk membaca kembali tulisan-tulisan kita yang telah lalu. Setiap kali saya merasa jijik dan malu dengan tulisan lama saya, saya senang. Ada yang pernah bilang kepada saya, “Kalau kita merasa jijik dengan tulisan sendiri, itu tandanya kita berprogres”.

Tulisan-tulisan ini menjadi kelak akan menjadi arsip pemikiran dan refleksi pribadi. Suatu saat barangkali saya akan tidak bersetuju dengan diri saya yang lalu, jadi saya kira menarik untuk melihat bagaimana pandangan hidup saya berubah dan di titik kehidupan mana itu terjadi.

Misalnya, (1) saat ini saya percaya kalau demokrasi dan merit adalah syarat bangsa kita menjadi negara industri maju, atau (2) tanpa rule of law yang ditegakkan tanpa pandang bulu, mustahil kita bisa dipercaya oleh para penanam modal asing secara penuh, mustahil kita dapat FDI yang besar, dan seterusnya.

Arsip ini bisa menjadi bahan refleksi ke depannya, bisa jadi cermin bagi kita apakah tetap konsisten dengan nilai-nilai lama, atau kita berubah haluan dan mengadopsi nilai-nilai yang berbeda?

Menemukan Kepercayaan Diri dan Keinginan untuk Belajar Hal Lain

Selama ini saya diam-diam tidak percaya diri dan merasa kalau kelemahan saya adalah tidak pernah bisa konsisten melakukan sesuatu. Diam-diam, saya acapkali menyalahkan diri dan mengutuk ketidakkonsistenan saya dalam bekerja, belajar, dan lainnya.

Ketidakkonsistenan ini menggerus rasa percaya diri saya. Tiap kali hendak mengeksplorasi hal baru, saya secara tidak sadar saya melabeli diri “Manusia tidak konsisten” dan sinis, “Paling hanya kuat berapa hari, habis itu menyerah”. Saya merasa tidak becus, untuk konsisten saja tidak bisa, lalu mau berharap apa?

Namun, gara-gara #NulisTiapHari rasa percaya diri itu tumbuh kembali perlahan. Tentu, saya tidak bisa menjamin akan seberapa lama saya bisa konsisten menulis tiap hari. Namun, perasaan senang saat tulisan dipublikasikan, membacanya ulang, merasa puas dengan hasilnya; ini adalah perasaan yang selama ini saya cari dan rindukan.

Akhirnya, saya mulai percaya diri untuk kembali belajar hal-hal baru, yang selama ini saya tunda, hanya karena sugesti negatif yang bercokol di kepala.

Epilog

Perasaan dan sensasi saat mendapatkan streak, sungguh membuat saya ketagihan. Saya jadi mengerti sekarang, mengapa banyak orang suka bermain gim daring yang sering ada acara harian. Dulu saya merasa acara-acara itu merepotkan saja. Ternyata, saya salah besar! Streak menulis jadi suplai dopamin pribadi saya yang bahkan lebih berkualitas dan lebih lama dari nonton TikTok sejam. Semoga kamu bisa menemukan hal yang kamu suka dan berusaha tekuni juga, ya!

Berikan komentar 💬, tepukan 👏🏻 jika merasa tulisan ini beresonansi denganmu. Terima kasih. 🙏🏻

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Rafza Ray Firdaus
Rafza Ray Firdaus

Written by Rafza Ray Firdaus

Membaca segala, merenungkan setiap fenomena dan berupaya membagikannya ke dunia lewat cerita. Dalam perjalanan #NulisTiapHari.

Responses (1)

Write a response