Pelayaran Baru

#031: Perjalanan hidup adalah sekumpulan pilihan-pilihan

Rafza Ray Firdaus
4 min readOct 6, 2024
Photo by Chester Ho on Unsplash

Meskipun hari ini hari Minggu, saya tetap pergi ke kampus. Jarak kos saya ke kampus tidak begitu jauh, barangkali hanya sekitar 5 menit perjalanan jika memakai motor. Kampus saya berada di Jalan Kanayakan No. 21, saya selalu ingat nomor alamat ini, sebab beberapa kali menitipkan paket ke kampus.

Agenda hari ini jelas, melanjutkan progres TA. Meskipun hari ini cukup berbeda dari biasanya, saya telah membuat janji kepada Abiyyu untuk membantunya menginstalasi ulang sistem operasi untuk laptopnya. Abiyyu mengeluhkan kalau disk C-nya penuh, ini membuatnya kesulitan untuk mengoperasikan laptopnya, terlebih untuk kebutuhan membuat aplikasi dan membuat kode. Ia berharap bisa dibantu untuk memasangkan sistem operasi Windows terbaru, saya pun menyanggupi.

Saya datang sekitar pukul setengah satu, lebih dahulu dari Abiyyu. Kami janjian di kampus, sebab itulah tempat satu-satunya yang memiliki akses wifi yang kencang, ber-AC, dan suasananya tenang. Itu juga alasan mengapa saya lebih sering ke kampus, akhir-akhir ini.

Kami mulai mengerjakan tugas ini sekitar pukul satu, betul saja disk C-nya penuh dan berwarna merah. Ada beberapa opsi penginstalan, bisa dengan mengunduh file berformat ISO lalu membakarnya (burn) dengan aplikasi pihak ketiga seperti Rufus. Saya cukup familiar dengan proses ini, sebab beberapa kali melakukan hal yang sama untuk menginstalasi sistem operasi berbasis linux untuk beberapa teman. Sebetulnya, memungkinkan juga untuk menggunakan “Media Creation Tool” dari pihak Windows langsung, meski proses unduhnya lebih lama. Kami memutuskan mengunduh file berformat ISO, supaya Abiyyu bisa menggunakan filenya lagi jika dibutuhkan sewaktu-waktu.

Kami tidak menyadari, ternyata file yang perlu diunduh cukup besar, sekitar 5,4 GB. Saat mencoba mengoneksikan ke jaringan wifi, kesialan terjadi; hari ini tiba-tiba kami tidak bisa terkoneksi ke jaringan wifi kampus. Saya mengira ini terjadi akibat adanya kegiatan maintenance. Terpaksa kami menggunakan data seluler, dengan kecepatan unduh yang lebih rendah.

Abiyyu pun mengusulkan, sebetulnya ada satu cara yang ia ingin coba selain dari menginstalasi ulang, yakni dengan cara memformat laptopnya saja. Toh, disk D dan disk E-nya bisa dipisahkan. Saya sejenak diam dan merenung, bukankah akan sangat merepotkan jika harus bongkar pasang HDD hanya demi semua ini? Ternyata, di luar dugaan saya, karena laptop Abiyyu adalah laptop generasi lebih tua, ia masih memiliki fitur DVD disk. Ada satu perangkat bernama “Converter DVD to HDD Laptop (HDD CADDY)”. Ia bisa dengan mudah melepas HDD yang terpasang dengan sekali tekan. Setelah saya cek, terdapat banyak penjual yang menjajakan perangkat ini di lokapasar (marketplace).

Abiyyu pun mencoba cara kedua ini, kalau memang berhasil, kami tidak perlu menginstalasi ulang sistem operasi untuk laptopnya. Saat proses berlangsung, kami pun mengobrol terkait update hidup masing-masing. Apa yang ia kerjakan saat ini dan kesibukannya sekarang.

Proses transisi dari kehidupan pasca kuliah ke dunia kerja ternyata tidak semenakutkan seperti apa yang saya pikirkan. Saya banyak bertanya kepada Abiyyu, bagaimana proses yang ia tempuh sampai mendapatkan kerja di tempat sekarang, fasilitas apa saja yang ia dapat, kesehariannya di tempat baru seperti apa, dan aspirasi karier ke depan, dan sebagainya. Tak lupa saya membercandainya dengan menyarankan untuk sering-sering bermain ke PIK, barangkali mendapatkan pasangan berbeda negara — konon katanya di sana banyak wisatawan asing.

Saya cukup terhenyak, ternyata saya pun sebentar lagi akan merasakan hal serupa (saya berharap semoga demikian adanya). Saya jadi ikut merenung seperti apa karier saya ke depan? Apakah akan tetap di bidang teknologi dan teknik atau sama sekali lain dari apa yang saya bayangkan selama ini?

Sekitar pukul tiga, kami pergi salat Asar, saat itu proses formatting sudah mencapai 90%. Abiyyu memutuskan jika proses ini berhasil, ia akan pulang. Kami kembali sekitar 15 menit setelahnya, dan saat itu proses format sudah selesai. Akhirnya, file yang setengah jalan diunduh dibatalkan sama sekali.

Namun, saya senang karena tujuan dari kegiatan hari ini tercapai. Lagipula, tidak perlu ada campur tangan saya jika proses sudah berjalan. Abiyyu pun pamit pulang, saya tetap bertahan sampai sekitar pukul setengah lima. Mencoba melanjutkan progres saya yang tertunda.

Saya sepertinya perlu mulai merenungi pula, terlepas apa yang saya kerjakan sekarang, kira-kira apa aspirasi karier saya ke depan? Kehidupan apa yang saya dambakan? Atau kalau kata orang Jepang apa Ikigai saya? Sebab hidup begitu singkat, tiap keputusan pasti memiliki opportunity cost yang tidak mudah ditarik kembali. Selalu ada konsekuensi dan itu menunjukkan saya perlu membuat rencana hidup yang memiliki visi dan sesuai dengan nilai yang saya percayai, kalau berjalan sesuai rencana syukur toh kalau tidak juga tidak mengapa.

Sumber Gambar: Forbes

Memiliki rencana hidup yang dinamis dan sesuai dengan nilai-nilai kita sangatlah penting. Hidup penuh dengan ketidakpastian dan perubahan, sehingga rencana yang fleksibel memungkinkan kita untuk beradaptasi tanpa kehilangan arah. Dengan berpegangan pada nilai-nilai kita, kita tetap autentik dalam menghadapi berbagai situasi. Rencana seperti ini memberi kita panduan sambil tetap membuka diri terhadap peluang tak terduga yang mungkin muncul di sepanjang perjalanan hidup kita.

Saya pulang dengan perasaan senang. Senang dengan perjalanan hidup saya dan apa yang saya dapatkan sekarang ini. Turut senang dengan kondisi teman-teman yang sudah memulai perjalanan mereka yang baru. Semoga kelak kita bisa bertemu lagi dan bercerita seperti apa yang terjadi di hari ini.

Berikan komentar 💬, tepukan 👏🏻 jika merasa tulisan ini beresonansi denganmu. Terima kasih. 🙏🏻

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Rafza Ray Firdaus
Rafza Ray Firdaus

Written by Rafza Ray Firdaus

Membaca segala, merenungkan setiap fenomena dan berupaya membagikannya ke dunia lewat cerita. Dalam perjalanan #NulisTiapHari.

Responses (1)

Write a response