Mepet
#28: Kegiatan tidak habis di jam-jam tengah malam
Jam di dinding menunjukkan pukul 23.22, saya baru mulai menulis tengah malam. Saya panik dan lemas, sepertinya saya akan mengakhiri konsisten menulis setiap hari selama 27 hari belakangan ini. Batin saya merana, ini terasa nanggung. Ada perasaan tidak ridha. Tanpa banyak pikir saya menulis langsung di Medium. Biasanya, saya menulis draft pertama di Obsidian, menyunting satu dua paragraf, lalu menaruhnya di Medium. Dibaca ulang secara kencang, lalu menyunting beberapa kata yang kurang sesuai. Lalu, kirim.
Meskipun menyunting beberapa kali, saya tetap menemukan kesalahan ejaan dan kesalahan kata, tetapi saya biarkan karena toh yang penting saya konsisten. Setidaknya, saya berekspektasi bisa merampungkan konsistensi ini dalam sebulan dalam 30 hari penuh. Itu target awal saya. Namun, apalah daya, hidup penuh dengan kejutan.
Seharian ini memang saya punya banyak agenda, tetapi sedari awal saya tidak memberikan ‘porsi waktu khusus’ yang didedikasikan untuk menulis artikel. Pagi hari ke kampus, melanjutkan Tugas Akhir, siangnya ikut pelatihan AWS re/Start. Sore, melanjutkan progres Tugas Akhir, dan malam ngobrol dan konsultasi dengan Mas Tjoa, salah satu sosok, yang baru-baru ini saya kenal berkat ikut komunitas robotika di Discord.
Seharian penuh saya duduk di Ruangan Pelatihan yang baru dipasang air conditioner, akhirnya. Ruangan ini berada di lantai 4, lantai paling tinggi dan secara langsung mendapatkan pasokan panas dan cahaya berlimpah. Meskipun di Bandung, siang hari tetaplah terasa panas, jadi AC ini cukup membuat hati senang.
Saya beres mengobrol sekitar pukul 23.20 WIB, tetapi bersyukur mendapatkan banyak masukan dan hal-hal yang saya tak mungkin dapatkan di waktu dekat. Hari ini saya belajar banyak hal, utamanya terkait karir, menulis CV, dan mendiskusikan hal-hal menarik lainnya.
Ini juga merupakan kebetulan yang saya tidak rencanakan, hidup membawa jalannya ke sana. Saya hanya menghanyutkan diri pada kemungkinan-kemungkinan, dan cara saya menangkap kemungkinan-kemungkinan ini adalah dengan mulai bertanya.
Tentu, semua ini adalah suratan Tuhan, tetapi itu juga terjadi musababnya, karena ada satu titik pertanyaan yang memungkinkan kita menemukan kemungkinan-kemungkinan lain.
Kalau saya coba rangkum apa yang saya dapatkan hari ini: Kesempatan itu ada di mana-mana, kita hanya perlu menangkapnya dengan bertanya dan menunjukkan siapa kita.
Key takeaways
Hari ini saya dapat beberapa hal penting dalam hidup:
- Beranikan diri untuk bertanya dan menghubungi orang yang sekiranya lebih pinter dan berpengalaman dari kita. Kita tidak pernah tahu, jalan apa dan informasi apa yang bisa kita dapatkan dari pengalaman berharga mereka selama bertahun-tahun.
- Menjadi resilience dan punya cara berpikir sistematis dan metodis penting untuk karir ke depan. Kita perlu mengetahui akar masalah sebelum mencoba menyelesaikannya. Lagi-lagi, mening belajar dulu, daripada ngoprek prompt seraya berharap keajaiban muncul, ujung-ujungnya juga kita harus belajar teknologinya dulu, kan? Gak efisien jadinya.
- Willingness untuk mau dikoreksi dan mendapatkan feedback. Di Eropa, orang tanpa tendeng aling-aling memberikan feedback. Kita perlu kebesaran hati untuk menerima semua itu.
- Portofolio > Sertifikat dan Gelar, ini bukan berarti gelar dan sertifikat tidak berharga, tetapi portofolio itu secara objektif menunjukan kemampuan kita dan apa yang selama ini kita kerjakan.
- Membangun CV adalah membangun cerita yang hendak kita ingin sampaikan ke audience, tidak ada bedanya dengan cerita pendek. Pertanyaannya: Cerita apa yang hendak kita sampaikan dengan poin-poin pengalaman dan sertifikat yang kita dapatkan?
Saya berhenti menulis sekitar jam 23.53, dan mulai mengecek salah eja dan kalimat yang belum sesuai, target saya mengirimnya di pukul 23.55 WIB. Saya sungguh tegang, telat 5 menit saja, bubar sudah konsistensi selama ini. Dan demikianlah saya menutup hari, semoga bermanfaat, ya.